Senin, 27 Februari 2012

Plasma dan fluida superkritis

Sepotong kain yang berumur 1,500 tahun dari Mesir menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan sebelum (kiri) dan setelah perlakuan plasma.
Suatu teknik baru yang mengikutsertakan beberapa plasma dan fluida superkritismemungkinkan para ahli arkeolog menentuka usia artefak tanpa harus merusak mereka, menurut laporan Marvin W. Rowe, seorang professor bahan kimiawi pada Texas A&M University, pada hari Selasa pada pertemuan nasional ACS di San Francisco.
Teknik penyusunan radiokarbon tradisional secara tipikal membutuhkan pemindahan suatu sampel dari suatu artefak. Sampel ini kemudian dibersihkan dengan mencelupkannya pada asam yang kuat, basa, dan asam lagi pada suhu 50 °C guna menghilangkan pengkontaminasian bahan organis. Akhirnya, dibakar sebelum menggunakan akselerator massa spekstroskopis guna mencari 14C.
Rowe, bekerjasama dengan professor kimiawi yaitu Karen L. Steelman dari University of Central Arkansas, sebelumnya mengembangkan suatu teknik dengan menggunakan plasma oksigen untuk mengoksidasi karbon pada artefak menjadi CO2 lalu mengumpulkan gas tersebut dan mengubahnya menjadi grafit untuk analisa radiokarbon (Am. Antiquity 2004, 69, 741). Sekarang, mereka telah memperluas metode ini untuk mengeliminasi langkah-langkah pembersihan yang kasar, disamping menggunakan argon dan plasma oksigen untuk menggantikan penyerapan asam dan fluida superkritis yang tersusun dari CO2 dan methanol menggantikan basa.
Keseluruhan pendekatan ini menghasilkan beberapa data yang akurat dengan sedikit sekali kerapuhan yang ada pada bahan ini seperti pada kulit telur berumur 5,000 tahun serta kain dan rumput yang berumur 2,000 tahun, kata Rowe. Keseluruhan artefak dapat juga dianalisa secara lengkap, hanya dibatasi oleh ukuran ruang reaksinya, tambahnya.

0 komentar: